Rabu, 22 April 2015

KETIKA TOKOH PERSILATAN BERBICARA TENTANG CINTA




Apa jadinya ketika orang-orang paling sakti dan hebat dunia persilatan berucap tentang cinta?
Otak cerdas mereka yang bijak serta wawasan hidup yang luar biasa tentu menjadikan apa yang mereka ucapkan seolah mutiara yang jatuh dari langit.

Simak penuturan mereka berikut ini!

Tjokro Gde Djantra
"Cinta itu memang membuat seorang menjadi buta dan tolol tak bisa lagi berpikiran sehat..” (Kitab 012. Pembalasan Nyoman Dwipa)

Menak Putuwengi
"Cinta itu pada dasarnya adalah sesuatu  yang suci. Tapi nafsu selalu membuatnya menjadi hal yang kotor. Seringkali menusia buta karena cinta, karena kecantikan paras perempuan. Kalau sudah begitu segala sesuatunya yang keji dan kotor bisa terjadi hingga tidaklah aneh lagi kalau manusia tega membunuh manusia lain bahkan saudara kandungnya sendiri hanya karena cinta." (Kitab 012. Pembalasan Nyoman Dwipa)

Panji Kenanga
"Cinta itu terkadang memang aneh. Kata orang cinta bisa membuat buta dan bodoh.  (Kitab 025. Cinta Orang-Orang Gagah)

Ananta Wijaya alias Pendeta Mayana
"Cinta melenyapkan segala perbedaan. Cinta menyingkirkan segala pembatasan…" (Kitab 067. Halilintar Di Singosari)

Dewa Ketawa
”Cinta...”. ”Kau datang begitu aneh. Tidak memilih siapa yang dicintai, tidak mengenal batas derajat dan keturunan. Cinta begitu indah, tetapi terkadang bisa kejam.   (Kitab 068. Pelangi Di Majapahit)

Sukat Tandika alias Tua Gila
“Cinta tidak tolol. Cinta sesuatu yang suci jika saja manusia mau berlaku jujur..”  (Kitab 089. Geger Di Pangandaran)

Sika Sure Jelantik
“Cinta bisa membutakan mata menulikan telinga dan membuat beku pikiran, merubah hati seolah menjadi batu! Pada puncaknya, cinta itu bisa berubah menjadi dendam kesumat kebencian yang hanya bisa terobat oleh kematian....”. Cinta laksana pisau  teramat tajam menyayat ke leher. Perih tetapi nikmat” (Kitab 092. Asmara Darah Tua Gila)

Kiai Gede Tapa Pamungkas
“Cinta adalah sejuta bahagia dalam sejuta kesucian”  (Kitab 094. Pedang Naga Suci 212)

Intan alias Ratu Duyung
“Bagi seorang gadis cinta yang ada dalam hatinya terhadap seorang pemuda tidak ubahnya seperti gunung es yang kelihatan hanya secuil di permukaan samudera. Bagian  cinta yang sangat besar disimpan dan disembunyikan di bawah permukaan laut. Di dalam laut hati sanubarinya. Dipeliharanya baik-baik....” (Kitab 099. Wasiat Malaikat)

Sukat Tandika alias Tua Gila
“Cinta kalau ditunggu tak pernah datang. Malah suka muncul secara tiba-tiba. (Kitab 099. Wasiat Malaikat)

Hantu Lembah Laekatakhijau
“Cinta kasihlah yang membuat manusia bisa tabah dan selamat menghadapi kehidupan dunia. Hanya dengan cinta kasihlah manusia bisa hidup  bahagia. Dicintai dan saling mencinta. Banyak manusia, mengira bahwa kekuatan yang dahsyat adalah kekuasaan atau kesaktian. Padahal kekuatan paling dahsyat di antara, langit dan bumi adalah, cinta kasih!” (Kitab 106. Rahasia Bayi Tergantung)

Peri Bunda
“Cinta kasih adalah sesuatu yang utuh, satu kekuatan yang ada kalanya tak bisa dibagi tapi seringkali bisa diberikan untuk semua makhluk dan berkahnya bisa untuk semua orang.” (Kitab 106. Rahasia Bayi Tergantung)

Suci alias Bunga
“Cinta kasih sejati bukan berarti selalu memiliki...” (Kitab 121. Tiga makam Setan)

Luhmintari alias Purnama
“Cinta itu sebenarnya memang tidak bisa  dibagi dan tidak pernah boleh dibagi...." (Kitab 162. Badai Laut Utara)

Hantu Jatilandak alias Tubagus Kesumaputera
“Cinta itu tidak boleh bermuka dua. Cinta harus hitam atau putih. Tidak ada warna kelabu di antara keduanya. Cinta harus berani mengatakan ya atau tidak. Cinta tidak boleh menyembunyikan apapun. Cinta tidak akan menjadi batu sandungan memperhinakan dan mempemalukan orang lain..." (Kitab 162. Badai Laut Utara)

Kakek Segala Tahu
Padepokan Kapak Maut Naga Geni 212

Selasa, 21 April 2015

Desa Mengandung Ilmu Mantiq




Oleh : Tiga Rambu
(Iwan Fals : Desa)

Desa harus jadi kekuatan ekonomi
Agar warganya tak hijrah ke kota
Sepinya desa adalah modal utama
Untuk bekerja dan mengembangkan diri

Walau lahan sudah menjadi milik kota
Bukan berarti desa lemah tak berdaya
Desa adalah kekuatan sejati
Negara harus berpihak pada para petani

Entah bagaimana caranya
Desalah masa depan kita
Keyakinan ini datang begitu saja
Karena aku tak mau celaka

Desa adalah kenyataan
Kota adalah pertumbuhan
Desa dan kota tak terpisahkan
Tapi desa harus diutamakan

Di lumbung kita menabung
Datang paceklik kita tak bingung
Masa panen masa berpesta
Itulah harapan kita semua

Tapi tengkulak tengkulak bergentayangan
Tapi lintah darat pun bergentayangan
Untuk apa punya pemerintah kalau hidup terus terusan susah

Di lumbung kita menabung
Datang paceklik kita tak bingung
Masa panen masa berpesta
Itulah harapan kita semua

Desa harus jadi kekuatan ekonomi
Agar warganya tak hijrah ke kota
Sepinya desa adalah modal utama
Untuk bekerja dan mengembangkan diri

Desa harus jadi kekuatan ekonomi


Logika dapat mengembangkan pola pikir menjadi pola pikir argumentatif dan kritis. Logika dapat memberikan koreksi kesalahan pikiran saat pengambilan keputusan. Logika sangat bermanfaat untuk berpikir benar untuk menghasilkan kesimpulan benar.

Bagi yang gemar bermain logika perlu ketajaman nalar untuk memahami Lagu Desa. Contoh kalimat yang berbunyi “agar warganya tak hijrah ke kota.” Warga desa yang hijrah ke kota sama dengan meninggalkan dan membiarkan desa agar tidak berkembang. Kota menjadi magnet untuk menyedot potensi warga asal desa dan kota semakin menjauh meninggalkan desa. Padahal kota mempunyai banyak persoalan tentang kemacetan, pengangguran, kriminal, lahan sempit, polusi udara, dan ketidakramahan. Sementara desa yang tenang, hijau, jernih, lahan yang luas, udaranya segar, dan ramah tidak menjanjikan untuk kehidupan warganya. Padahal yang dibayangkan Iwan Fals jika desa bisa mandiri secara ekonomi maka akan banyak karya-karya luar biasa lahir dari desa. Iwan Fals menuturkan tentang beberapa karyanya banyak lahir dari inspirasi yang didapatkan di desa. "Selama 17 tahun tinggal di desa saya banyak mendapatkan inspirasi dari sepinya suasana desa," kata Iwan Fals.

Dibutuhkan daya nalar logik dan analitik untuk mendalami lagu. Lagu bukan sekedar kata dan nada. Lagu adalah potret sosial yang dilihat dengan mata hati. Selain ketajaman nalar juga kedalaman rasa menjadi satu kesatuan antara pikiran dan nurani. Iwan Fals peka desa dan daerah tertinggal. Maka ketika berada di depan pejabat tingkat desa sampai gubernur se-Indonesia yang hadir pada acara Rapat Koordinasi Nasional sekaligus Peluncuran Pendampingan Desa di Gedung Bidakara Jakarta Selatan, Selasa (31/3) Iwan Fals berkata : "Kalian berasal dari rakyat. Maka sudah selayaknya berbakti kepada rakyat. Selamat berjuang!” Dan bandingkan dengan kalimat yang tertulis di Lagu Desa. “Untuk apa punya pemerintah kalau hidup terus terusan susah.” Pemerintah Indonesia melalui program desa dan daerah tertinggal mengemban amanat rakyat agar pembangunan bisa merata. Inilah ilmu mantiq. *sr

Leuwinanggung, (4/4).
Sumber : Iwanfals.co.id

Kamis, 16 April 2015

Surat Kepada Mabuk





Ini adalah puisi karya Remy Soetansyah yang dinyanyikan oleh Iwan Fals. Puisi ini dinyanyikan dalam acara Musikalisasi Puisi Karya Remy Soetansyah di Museum Arsip Nasional Jakarta, 14 Agustus 2009.

Kata mas Remy, "Ini yang dibawakan Iwan dan semua orang standing applaus untuk Iwan. Sementara waktu dia bawain ini, semua diam menahan nafas. Iwan memang orator yang magis...!"


Surat Kepada Mabuk
Puisi karya: Remy Soetansyah
Dinyanyikan oleh: Iwan Fals
Musikalisasi Puisi Remy Soetansyah
Museum Arsip Nasional Jakarta, 14 Agustus 2009

Cinta, aku simpan mabukmu dalam botol
Dan aku layarkan ke samudra hati
Aku mengerti bahwa kau kecewa
Setelah kau reguk bergalon air mata

Atas cinta yang sungsang ini
Atas hati yang terlantar
Atas waktu yang terbuang percuma
Atas nama cinta juga
Kita tinggalkan kebersamaan yang semu ini

Sebab sebenarnyalah
Kita telah punya penjara masing-masing

Cinta, hidup memang membuat kita rajin tak berdaya
Atas takdir, masa lalu yang terlambat datang
Selalu kita sesali pilihan-pilihan hidup
Dan kita harus setia mereguknya

Cinta, kau hanya mabuk sesaat
Hanya memerlukan angin semilir, bertiup di degupmu
Dan kembali tersadar
Bahwa hidup harus dilanjutkan
Selama Tuhan mengijinkan

Aku rasa
Akupun begitu
Hanya perlu sedikit udara sejuk

Cinta, marilah kita terus mabuk
Karena mabuk dan tak mabuk
Aku tak merasakan bedanya

Salam mabuk
Dari seseorang yang hampir tak mampu hidup tanpa mabukmu

foto: soetansyah multiply com
Sumber : http://www.iwanfalsmania.com/2010/01/surat-kepada-mabuk.html?m=1

^O^ (Allah Maha Besar) Lirik Iwan Fals





Ini adalah lagu baru Iwan Fals yang masuk kedalam album Keseimbangan tahun 2010. Ini lagu yang bagus. Judulnya juga cukup unik ^O^. Mugkin ^ melambangkan gunung dan dibagian tengahnya O melambangkan matahari. Berarti matahari terbit diantara dua gunung, seperti gambar gambar pemandangan sederhana yang suka kita buat dimasa kecil dulu. Dalam lagu ini istri Iwan Fals ikut bernyanyi.




^O^
Iwan Fals (Keseimbangan 2010)

Dari gunung ke gunung
Menembus kabut kembali ke jurang
Melewati hutan pinus, melewati jalan setapak
Mendengarkan gesekan daun dan burung-burung

Menikmati aroma tanah dan segarnya udara
Jauh dari kebingungan sehari-hari

Aku dapat lepas teriak
Aku dapat bebas bergerak
Sambil menghangatkan tubuh pada api unggun
Lalu bersyukur atas semua ini
Ternyata masih ada tempat untuk kita berbicara
Walau lewat mata

Senangnya hati tak bisa aku gambarkan
Apabila pagi datang menjelang
Dingin yang menembus tenda daging dan tulang
Perlahan tapi pasti mulai menghilang

Kita menari menyanyi sesuka hati
Lidah sang api memanggil-manggil ILLAHI
ALLAH MAHA BESAR... ALLAH YANG TERBESAR

Dalam lingkaran diatas rumput yang damai
Mencari diri merambah sampai ke akar
Kalau berjumpa seringkali menghangatkan
Bagaikan cermin jernih yang tak ternoda

Kasihku.. ooo...
Bila saja kau disampingku
Kasihku... ooo...
Bila saja kau didekatku
Pasti akan kupeluk kamu
Dan kuucapkan
Selamat pagi sayang

Sumber http://www.iwanfalsmania.com/2010/02/o.html?m=1

TLAH KU PANJATKAN DOAKU



Oleh Budi Mulyanto


tlah ku tuliskan namamu pada langit agar senantiasa tersentuh pelangi dan bila menengadah

hanya namamu yang terbias


tlah ku lukiskan wajahmu pada bumi agar senantiasa terawat tanah

dan bila menunduk

hanya wajahmu yang terbayang


tlah ku sematkan hatimu pada hatiku agar senantiasa terjaga jiwa
dan bila menoleh

hanya hatimu yang terpanggil


tlah ku panjatkan doaku pada Tuhan agar senantiasa terlindung mesra dan bila menyatu

hanya doa yang turut menyertai


(2003)

Latanahsilam




LATANAH SILAM


Negeri Purba
Dimana Gusti Allah menyembunyikan diri dari umatnya

Kami hidup atas nama kedamaian semu
Apakah engkau pernah melihat berapa banyak ?
Diantara kami hidup dalam genggaman senjata ?
Kami hidup dalam dunia pararel berdinding 1200 tahun
Dewa dan Peri hidup dalam suasana putih-putih
Mereka yang suci mengalah pada hati
Mereka yang putih mengalah pada merah meronanya kesaktian cinta

Aku lihat melalui jiwaku
Dewa
Peri
Menginginkan Bukit Batu kawin terangkat ke atas langit
Manusia berjibaku menginginkan kedewaan
Para peri merendahkan harkat demi menjadi manusia
Kesaktian menghiba pada cinta

Negeri Purba
Kulit pohon lah pakaian kami
Para Lae lah pembantu sekaligus sahabat kami
Dalam Lasesatbuntu yang menghitam, kami tiada berharap apa-apa
Wahai! Demi keagungan Naga Hantu Langit Ke Tujuh,
Kami lebih banyak hidup dalam kebutaan asal usul
Misteri abu-abu keturunan
Dan limpahan kutukan yang sungguh pun kami
melaknat luar dan dalam

Dan hutan semakin pekat
Bakucarok menambah pekat darah
Kami Pasrah
Menantikan Gusti Allah datang 600 tahun kemudian

Dikutip dari Status Padepokan Kapak Maut Naga Geni 212

Puisi Tentang Maluku


-pantai Pulau Morotai



Hari itu kita bercengkerama tentang petualangan
Di rimbun nyiur dan laut bening yang berlalu
Cerita Kao, Tobelo, atau Pitu
Yang mungkin takkan lagi kita jelajahi
Tapi setidaknya secangkir kopi
Menambah manis kerinduan kepada negeri itu
Temani aku berkisah

- Ternate


Tidak kulupa lembut pasir itu
Tidak ku abai gugus bimasakti yang bertemu samudera malam
Semua terkenang di bingkai emas berampai rindu
Dari Sofifi, Tidore Hingga Ternate

Kita menangis di bawah pohon bakau
Lalu tertawa di atas perahu bercadik
Di sela bening air dan bintang laut
Lalu kita mendongak ke langit menerawang rindu rindu yang tak pudar di terjang masa

Kawan...
Kopi kita habis sudah
Kapan kita dapat kembali berjabat?
Bahkan aku tak tau
Masihkah engkau tinggal menanti perjumpaan...

Semoga esok kulihat kau
Bersama keindahan hakiki
Yang jauh lebih abadi

Kao, 2012

Rabu, 15 April 2015

Setelah Rindu dan Cinta Bertemu


Aradwipa

Serbuk roti dalam rawan jingga
Membawa cinta dalam perahu bercadik
Tak berombak bening tepian pantai
Mendayung asa ke seberang rindu

Sampai aku tiba di labuhan sastra
Lalu kutemukan kamu tengah dipuja

Salam


NYANYIAN PETUAH NYANYUK AMBER


Foto : Waduk Gajah Mungkur


Manusia hanyalah makhluk lemah
Jangan pongah pada kekuatan sendiri
Jangan rendahkan kekuatan lawan
Dalam kelemahan ada kekuatan
Dalam kekuatan ada kelemahan

Manusia hadapi dengan manusia
Binatang hadapi dengan binatang
Yang gaib hadapi dengan yang gaib
Di atas semua itu panjatkan doa
Mohonkan pertolongan pada Illahi

Jangan terpengaruh pada apa yang dilihat
Jangan tertipu pada kenyataan palsu
Berpikir mencari jalan
Agar yang jahat dapat dikalahkan

Sumber kekuatan hanyalah dua
Yang putih dan yang hitam
Yang berasal dari Yang Maha Kuasa
Yang berasal dari iblis durjana
Di atas semua itu tak ada yang menandingi kebenaran
Karena kebenaran datangnya dari Yang Satu
Panjatkan doa kepadanya
Mohonkan pertolongan hanya pada Illahi

Nyanyian ini dilantunkan oleh Nyanyuk Amber di depan Tokoh-tokoh silat ternama golongan Putih yang tengah bergabung di Gajahmungkur untuk menghadapai angkara murka bermarkas di Lembah Akhirat. Nyanyian ini berisi petuah yang kelak mampu dicerna maknanya oleh Kakek Segala Tahu dan disampaikan pada Wiro Sableng. Wiro mampu mengalahkan kekuatan Datuk Lembah Akhirat adalah karena petunjuk dalam nyanyian ini.

(Kitab 101. Gerhana Di Gajahmungkur).

Dikutip dari Status Padepokan Kapak Maut Naga Geni 212

SAJAK UNTUK PEMBERI PETUNJUK




Ketika tempat bertanya tidak lagi memberi jawaban
Kami merangkak dalam kegelapan
Meninggalkan anak kami yang memohon susu ibu nya
Ketika kebutaan hati menumpuk dan berkerak
Hantu Sejuta Tanya Sejuta Jawab mengisi otaknya dengan kesombongan
Cahaya pengetahuan redup dalam tumpang tindihnya hawa amarah
Para Dewa dan para Peri!
Mestikah kami sabar menunggu seribu dua ratus tahun lagi
Menantikan tempat bertanya lahir dan mengeluarkan kami dari segala tanda tanya
Menanti yang selalu memberi jalan dan pengetahuan
Menanti yang memberi jawab dalam petak-petak petunjuk
Menanti manusia yang bersih dari kebutaan hati
Menanti... Kakek Segala Tahu

Dikutip dari Status Padepokan Kapak Maut Naga Geni 212

Hati-Hati Memilih Sahabat



“Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu, dan pembicaraannya tidak membimbingmu ke jalan Allah.”

Penjelasan :

Sahabat sering dianggap sebagai cerminan dari seseorang. Bahkan kita bisa menyimpulkan sosok seseorang dari melihat dengan siapa saja orang itu bersahabat. Oleh karena itu, Syaikh Ibn ‘Atha’illah berpesan, berhati-hatilah di dalam memilih sahabat. Sebab, sosok sahabat mampu mengawal kita menuju keridhaan Allah. Namun dia juga sanggup menggiring kita menuju jurang kehancuran dan kesia-siaan, serta murka-Nya.

Syaikh Ibn ‘Atha’illah menasehatkan pula,
“Boleh jadi engkau berbuat buruk, tetapi tampak olehmu sebagai kebaikan lantaran engkau bersahabat dengan orang yang tingkah lakunya lebih buruk darimu.”

Penjelasan :

Bersahabat dengan orang yang lebih rendah akhlak maupun imannya sangatlah berbahaya. Sebab, di dalam sebuah persahabatan ada sikap saling mempengaruhi, hingga akan sulit untuk mendapatkan manfaat darinya karena tidak berimbangnya posisi yang ada. Dan, fungsi koreksi akan berhenti, atau timpang pada salah satu pihak saja. Maka, selektiflah dalam memilih siapa yang akan Anda jadikan sebagai sahabat.

Sumber

https://ruangmakna.wordpress.com/2011/09/02/hati-hati-memilih-sahabat/

Senin, 13 April 2015

Memperturutkan Hawa Nafsu



“Pangkal segala maksiat, kelalaian dan syahwat adalah ridha terhadap nafsu. Dan pangkal dari segala ketaatan, kewaspadaan dan kesucian adalah engkau tidak ridha terhadap hawa nafsu.”

“Bersahabat dengan orang jahil yang tidak memperturutkan hawa nafsunya lebih baik bagimu daripada bersahabat dengan orang alim yang tunduk pada hawa nafsunya. Ilmu macam apa yang disandang si alim yang tunduk pada hawa nafsunya itu? Sebaliknya, kejahilan apalagi yang dapat disandangkan pada orang jahil yang tidak memperturutkan hawa nafsunya?”

Penjelasan :

Dalam hikmah ini disebutkan, bahwa seseorang disebut jahil manakala ia tidak mampu untuk menundukkan bisikan syahwatnya ke arah yang diridhai oleh Allah. Terlebih apabila bisikan tersebut membawanya ke dalam kubangan nafsu yang tidak terkendali.

Disamping itu, Syaikh juga berpesan, agar kita senantiasa selektif di dalam memilih teman keseharian. Utamakan berteman dengan orang yang menjaga akhlak terhadap sesama, dan juga berakhlak kepada Allah.

Sebuah Nama Yang Sakral

Aradwipa

Saat aku dengar ia menyebutnya dalam sebuah nama
Lalu hati memujinya dengan nama lain
Siapa sebenarnya ia
Ketika sebuah perjamuan di adakan
Hanya untuk membenarkan sebuah nama
Kutatap senja merah
Siapa dia sebenarnya
Lalu ku dengar jiwa dan tubuh berjibaku
Ratusan
Ribuan
Bahkan puluhan ribu
Kulit-kulit tersayat
Rumah dan peribadatan terkoyak
Para penghuni terusir
Hati iba sayang sangat kasihan

Lalu kembali berucap
Siapakah dia sebenarnya

Langkah-langkah mulai menerjang
Badai topan prahara di tendang
Caci maki kutukan bersemburan
Mulut-mulut suci berucap nista

Aku terus dalam juang
Siapakah dia sebenarnya

Hari berlalu
Bulan di kenang oleh tahun yang baru

Kulihat lalu sinar terang

Kuputar waktu kembali ke masa dulu
Kuputar lagi hingga zaman batu
Ku balikkan semua pergerakan semesta
Dalam titik awal
Lalu musnah semua alam

Siapa yang bertanggung jawab?
Siapa yang mencantumkan detik awal?
Siapa meletakkan matahari dalam rel bersama bumi?

Ku berteriak puas
Puas yang  belum pernah terjadi
Siapakah dia?
Dia yang tak pernah membutuhkan semesta
Dia yang selamanya di butuhkan alam raya
Waktu dan ruangpun
tidak bersamanya

Jumat, 10 April 2015

Riya II





Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary berkata, “Bagian nafsu dalam kemaksiatan itu jelas nyata. Sedangkan bagian nafsu di dalam ta’at, itu tersembunyi dan tidak nyata. Mengobati yang tersembunyi itu sangat sulit terapinya.”
Bahwa nafsu itu memiliki kecenderungan maksiat dan melakukan tindak maksiat itu sangat nyata dan jelas, karena naluri nafsu memang demikian. Namun ketika nafsu menyelinap di balik aktivitas taat, kebajikan, amaliah, sangat tersembunyi.

 Alur nafsu dalam konteks ini memiliki tiga karakter:
1. Takut pada sesama makhluk
2. Ambisi rizki
3. Rela pada kemauan nafsu itu sendiri

Munculnya ketiga karakter itu bersamaan dengan selera nafsu.
Sedangkan perselingkuhan nafsu dibalik taat dan ibadah kita begitu tersembunyi.
Tiba-tiba ia merasa sedikit lebih tinggi dibanding orang lain, sedikit lebih suci, kemudian muncul rekayasa untuk manipulasi, dengan tujuan tertentu atau imbalan tertentu, yang menyebabkan riya’.

Mari kita bertanya pada diri sendiri dibalik nafsu yang tersembunyi ini. Apakah ketika kita beribadah, melakukan aktivitas kebajikan dan amaliyah lainnya, agar kita disebut berperan? Agar disebut lebih dibanding yang lain? Mendapat pujian dan kehormatan orang lain? Anda sendiri dan orang-orang sholeh yang memiliki mata hati-lah yang mengenal karakter itu.
Karena itu nafsu sering bersembunyi dibalik bendera agama, dibalik aktivitas ibadah dan gerakan massa keagamaan, bahkan nafsu merangsek ornamen penampilan orang-orang saleh, agar disebut saleh.

Disnilah Ibnu Athaillah juga mengingatkan berikutnya: “Kadang-kadang riya’ itu masuk padamu, ketika orang lain tidak memandangmu.”
Kenapa demikian? Karena riya’ itu bertumpu pada pandangan makhluk.

Ketika anda bersembunyi atau makhluk lain tidak mengenal anda, lalu anda diam-diam merasa ikhlas, karena makhluk lain tidak melihatmu, itu pun disebut riya’. Sebab unsur makhluk masih tersisa di hatimu.

Al imam Fudhail bin ‘Iyadh, ra, menegaskan, “Beramal demi pandangan manusia itu adalah syirik. Sedangkan tidak melakukan amal karena agar tidak di pandang manusia, adalah riya’.

KH. Sa'id Aqil mencontohkan, ketika kamu sholat di shaf terdepan agar di pandang rajin oleh orang, itu syirik. Dan shalat di shaf belakang karena tidak mau di anggap rajin, itu riya'. Di sebut syirik karena dalam hatinya bangga akan amalnya yang di pandang manusia, sedangkan amal itu hanya Allah sajalah yang berhak menilai. Namun kita malah menaruh pujian atau bahkan sekedar prasangka di puji manusia di dalam hati.

Meninggalkan amal demi manusia adalah riya. Ikhlas adalah jika anda melakukan amal murni karena Allah dan (lalu meninggalkan) kedua faktor di atas.”

Ketika seseorang berlaku riya’, dalam kondisi khalwat, secara diam-diam pula ia ingin disebut lebih utama dibanding yang lain. “Wah saya sudah suluk, saya sudah baiat, saya sudah khalwat… Sedangkan kalian kan belum… Jelas saya lebih baik dibanding anda…”. Bisikan lembut ini adalah bentuk ketakaburan dan riya’.

Bahkan ketika hati kita tidak berbisik seperti itu, tapi masih ada sedikit kebanggaan setelah kita beramal, sedang di saat itu terbayang manusia yang lain yang tidak melakukan amal seperti kita, semisal shalat tahajud, puasa, dan amal lain yang tidak semua orang melakukannya, lalu kebanggaan itu yang berakibat kita merasa orang itu belum sempurna ibadahnya, dan lain-lain, itu masih termasuk riya.

Inilah mengapa Ibnu Athaillah melanjutkan: “Upayamu untuk meraih kemuliaan agar makhluk mengetahui keistemewaanmu, menunjukkan bahwa ubudiyahmu sama sekali tidak benar.”

Karena, menurut Syeikh Zarruq, ra, manakala anda benar dalam ubudiyah pada Tuhanmu, pasti anda tidak senang jika yang selain-Nya mengetahui amalmu.

Sebagian Sufi mengatakan, “Tak seorang pun benar pada Allah Swt, sama sekali, kecuali jika ia senang bila cintanya tidak dikenal oleh yang lain.”
Imam Ahmad bin Abul Hawary ra, mengatakan, “Siapa pun bila senang kebaikannya dipandang orang lain atau disebut-sebut, ia benar-benar musyrik dalam ibadahnya. Karena orang yang berbakti pada cinta, tidak senang bila baktinya dipandang oleh selain yang dia abdi.”

Imam Sahl bin Abdullah ra, mengatakan, “Siapa yang senang pamer amalnya pada orang lain ia telah riya’. Dan siapa yang ingin dikenal kondisi ruhaninya (keadaan hatinya dalam beribadah) oleh orang lain, ia adalah pendusta.”
Syaikh Ibrahim bin Adham nengatakan, “Tidak benar bagi Allah orang yang senang dengan keterkenalan (popularitas).”

Dan menghapus riya’ dan membersihkannya, sudah seharusnya dilakukan dengan memandang kepada Allah Swt dan menolak selain DiriNya.

Dalam kitab Hikam di sebut, salah satu patokan orang berpegangan pada amaliyah-nya pribadi, adalah berkurangnya harapan kepada Allah, (saat melakukan dosa)
Memang mendekat kepada Allah itu dengan beramal shalih. Tetapi amal shalih itu pun adalah anugerah Allah kepada kita. Jika kita melakukan dosa, maka kita tidak malah menjauh dari Allah, tetapi harus sama dengan usaha kita saat kita berbuat kebaikan.

Semoga Allah memberikan kita manfaat dari ilmu para sufi.
Dan kita berkewajiban selalu mendekat kepada para ulama, artinya mengaji langsung kepada mereka. Tentunya para ulama akhirat..

sumber : www.sufinews.com
Dengan sedikit tambahan

Riya'


Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary

Syeikh Ibnu Ajibah al-Hasany dalam syarah Al-Hikam mengatakan, bahwa riya’ itu bermakna sebagai pencarian posisi di tengah publik, melalui amalnya yang saleh. Apakah amal itu terlihat jelas atau tersembunyi.

Bahkan riya’ itu sering merasuki amal-amal yang tersembunyi, ketika tak seorang pun memandang anda. Dan ini sangat sulit, karena lebih rumit dibanding lubang semut.

Sebagian kaum ‘arifin menegaskan, “Aku berusaha membuang riya’ dalam hatiku dalam setiap rekayasa, dari berbagai arah, hingga saya meraih dari sisi lain yang tak pernah kuduga.”

Sebagian mengatakan, “Diantara riya’ paling besar adalah apabila seseorang memandang pemberian, penggagalan, bahaya dan manfaat itu datangnya dari makhluk.”




Salah satu Sufi menegaskan, Riya’ terbagi tiga. Semuanya merupakan penyakit agama.

Yang pertama, adalah penyakit terbesar, yaitu beramal atau beribadah demi pandangan makhluk, jika tidak ada mereka, ia tidak melakukannya.

Kedua, melakukan amaliyah untuk pujian, walaupun orang lain tidak tahu.

Ketiga, melakukan amaliah untuk Allah Azza wa-Jalla, dan berharap amalnya itu bisa meraih pahala dan menghilangkan siksa. Walaupun kategori yang ketiga ini dianggap bagus, namun menurut kalangan ‘Arifin tergolong riya’, walaupun menurut awam publik dikategorikan ikhlas.

Orang yang selamat lahir batinnya dari riya’ justru tidak punya kepentingan duniawi maupun ukhrowi, semata karena Allah Swt.

Tanda-tanda jika anda tergolong riya’, ada tiga hal:

Sangat bersemangat ketika banyak orang, dan malas ketika tidak ada orang. Amal itu terasa mantap ketika dilihat orang lain, dan ia meremehkan jika yang memandang hanya Allah Swt.

Dalam hatinya ada rasa dihargai oleh orang lain, dan dibantu kebutuhannya oleh orang lain. Bila haknya tidak dipenuhi oleh seseorang ia menjauhinya dan mengingkarinya. Kemudian terjadi pemisahan jarak antara kehormatan dirinya dan penghormatan pada orang lain, hina dirinya dengan penghinaan terhadap orang lain.

Bila menghadapi orang yang lemah akalnya, ia mengancam, agar siksa Allah segera turun pada mereka. Allah tidak akan menolongnya jika tidak minta tolong melalui dirinya dan mengikuti pengaruhnya.

Jika ada seorang sufi memiliki tiga tanda di atas, ketahuilah bahwa ia tergolong orang yang riya’.

Dalam riwayat dari Sayyidina Ali KW, bahwa Allah Swt berfirman kepada para Sufi (fuqoro’) di hari qiyamat nanti, “Bukankah kalian sudah menguruskan diri? Bukankah kalian sudah bergegas dengan ucapan salam? Bukankah kalian telah dipenuhi kebutuhan kalian (di dunia)?”

Dan semua itu diakibatkan oleh riya’.

Sehingga dalam hadits disebutkan, “Kalian tidak mendapatkan lagi pahala. Karena pahala (upah) kalian sudah ditunaikan (di dunia).”

Ini bermakna, bahwa orang beribadah hanya mencari kepentingan duniawi

https://ruangmakna.wordpress.com/2012/02/10/riya/

Rabu, 08 April 2015

Perjuangan


PERJUANGAN

Kepada Taman Siswa

Tenteram dan damai?

Tidak, tidak Tuhanku!

Tenteram dan damai waktu tidur di malam sepi.

Terteram dan damai berbaju putih di dalam kubur.

Tetapi hidup ialah perjuangan.

Perjuangan semata lautan segara.

Perjuangan semata alam semesta.

Hanya dalam berjuang beta merasa tenteram dan damai.

Hanya dalam berjuang berkobar Engkau Tuhanku di dalam dada.

24 Juli 1935

Kala Mentari Samar-samar



By mruhulessin



Kita sepakat kala mentari samar-samar

Untuk mengubur rasa yang tumbuh antara kita

Karena cinta kadang semakin naratif jika termiliki

Dan kelopak mata mengembun setiap malam

Jika tidak diantara hembusan angin malam

Kuharap bau hujan ini

Membantu menghapus pedih didalam dada

Jendela Sastra

Senin, 06 April 2015

Siapakah Kamu?


Ibu
Orang berkata kasar pada orang lain. Seolah tak punya kata yang lebih baik. Seolah dilahirkan tak melalui ibu. Tak mengerti sakitnya.

Kau seorang ibu? Masih memiliki ibu? Bagiku, ibu seorang ekonom hebat. Sering kerontang uang tapi tetap berusaha keras menyiapkan sarapan.

Masalah tak selesai begitu ayah pergi kerja dan anak-anak bersekolah. Ibu yang bekerja di luar rumah pun masih kepikiran: mereka makan siang apa ya?

Ketika petang tiba, dan keluarga bersatu di meja makan, ibu setia berpesan: makan yang kenyang ya biar cepat besar dan tidur malammu lelap.

Ibu setia ingatkan kita pernah hidup di rahimnya. Dan, saya merasa tiada tempat berlindung lebih aman daripada perut ibu. Seolah ingin masuk lagi.

Semasa kecilku, dan kuyakin semasa kecilmu pula, setiap mendadak terbangun dari tidur malam, kita meneriakkan kata yang sama: ibuuuu!


Mencegat Lompatan Sang Wali (Hikam)


sang-salik.blogspot.com
Mencegat Lompatan Gus Dur (tinjauan Al Hikam)

Tinjauan Sufisme Al-Hikam

Oleh: Muhammad Luqman Hakim

http://sufinews.com : Banyak pihak dan banyak cara untuk memahami pola pikir dan spirit KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sejak ia terlibat dalam Jamiyah Nahdhatul Ulama (NU).

Satu-dua pendekatan saja, terutama pendekatan sosiologis empirik, akan “terperangah” oleh hasil final dari realitas gerakan.Gus Dur dalam memimpin NU,atau Gus Dur sebagai pribadi. Kalau toh menggunakan pendekatan komprehensif, maka Gus Dur adalah totalitas ekspresi dari keseluruhan akumulasi NU itu sendiri, baik dari khazanah intelektual, kultural, politik dan harakah organisatoriknya.

Tidak banyak yang meninjau Gus Dur dari dimensi esoterik, sufistik, bahkan perenialistik. Padahal untuk memandang Gus Dur, ucapan tindakan dan manuvernya, harus pula melihat sisi fundamental yang menjadi pijakan spiritualistis Gus Dur, dan tentunya sangat mempengaruhi strategi-panjang pendek, universal-parsial, sakral-sekuler, ideal-real, nasionalisme-internasionalisme, dan sebagainya, bagi kepentingan NU, kebangsaan dan kemanusiaan dunia.

Dengan mengenal lebih dekat “hati” Gus Dus, akan mudah memahami lompatan-lompatan kultural kedepan, sehingga pasca Gus Dur kelak bisa lebih bisa melakukan antisipasi secara visional, tanpa harus membubarkan tatanan yang bertahun-tahun telah distrukturkan dalam piramida besar NU, sehingga para penerus Gus Dur tidak canggung bahkan menemukan spirit optimisme yang “suci” pasca Gus Dur.



Hati Gusdur

Hati Gus Dur adalah “Rumah Ilahi” atau "Arasy Allah”. Rumah yang dipenuhi dengan jutaan dzikiri dan gemuruh musik surgawi, setiap detik, setiap saat, setiap berdiri. bergerak (qiyaman) dan duduk diam (qu’udan) serta ketika tidur dalam kefanaan (‘alajunubihim). Rumah Ilahi selalu terjaga (mahfudz) dari segala godaan duniawi, prestisius, dan segala hal selain Allah, peringatan-peringatan Ilahi dan teguran-teguran-Nya, senantiasa “turun” ketika Gus Dur akan berbuat kesalahan, ketika Gus Dur “frustasi”, ketika Gus Dur terbuai oleh “iming-iming”, atau ketika Gus Dur terlalu bermimpi.

Itulah untungnya jadi Gus Dur, tapi juga demikianlah risiko besar yang harus diterima, manakala Gus Dur menyimpang dan dimensinya, melesat dari Rumah Ilahi, Berat sekali beban Gus Dur menjaga Rumah Ilahi, lebih berat ketimbang menjaga “rumah besar” NU, yang konon sebagai “rumah tua yang berwibawa” ini. Sukses Gus Dur menjaga Rumah Ilahi dalam kalbunya, adalah sukses besar NU. Karena itu di mata Gus Dur sendiri, menurut hati nuraninya - memimpin NU atau tidak, nilainya sebanding. Gus Dur bukanlah tipikal seorang yang berambisi menaiki tahapan derajat duniawi maupun berambisi mendapatkan megamat ruhani-ukhrawi, yang dalam dunia tasawuf disebut dengan al-Murid. Tetapi Gus Dur adalah sosok  yang diburu, dikejar dan dikehendaki Oleh tahapan-tahapan tersebut, dicari poleh massa dan organisasi, bahkan secara radikal dalam sufisme ia adalah tokoh yang “dicari Tuhan” (al-Murad).

Gus Dur “dicari” Tuhan, dan ditemukan di lorong-lorong kebudayaan, diketiak orang-orang miskin, dalam aliran derasnya keringat para buruh. Allah menemukan Gus Dur dalam alunan musik klasik, digedung-gedung bioskop dan di tengah-tengah supporter sepak bola. Gus Dur diburu Tuhan, ketika berada disela-sela kolom surat kabar dan majalah, bahkan diburu sampai ke Israel dan Bosnia. Dan Gus Dur “ditangkap” Allah, ketika pandangan matanya sudah setengah buta, ketika merunduk tersenguk-senguk dimakam para Auliya. Sayang, Allah memeluk Gus Dur ketika Gus Dur sudah “gila”, dan memimpin arisan orang-orang yang “gila” kepadanya.

Benar kata Khalil Gibran, "Di tengah masyarakat yang terdiri dari orang-orang gila, orang yang paling waras disebut sebagai orang yang paling gila. Dan di tengah masyarakat yang terdiri orang-orang yang waras, orang yang paling gila disebut orang waras".

Gus Dur dikatakan "gila" oleh masyarakat gila yang merasa waras. Dan ia disebut sebagai paling waras ditengah-tengah orang-orang "gila" yang tidak ingin waras. Kebudayaan "gila" dewasa ini harus diatur oleh orang paling waras, walaupun orang paling waras itu harus mendapatkan sebutan sebagai orang paling gila.

"Kegilaan" Gus Dur adalah tipikal paling relevan untuk memimpin masyarakat yang tergila-gila oleh kegilaan. Sebab Gus Dur adalah terali, tembok, pilar, atap, dan ornamen-ornamen bagi rumah Ilahi, yang terus mengalami "keterasingan" di tengah-tengah rumah besarnya sendiri, di tengah¬tengah bangsanya sendiri, juga di sudut-sudut lapuk warga nahdhiyin-nya.



Dia Sendiri Adalah Al-Hikam

NU sebenarnya adalah organisasi paling banyak jumlah kaum 'arifin-nya dibanding organisasi keagamaan yang lainnya. Karena itu NU memiliki derajat sebagai satu-satunya organisasi "Yang Diridhai", atau mungkin yang lain sekedar diakui, disamakan, atau "terdaftar" saja dalam catatan lembaran langit.

Kehadiran Gus Dur untuk mereformasi secara puritan melalui "Khittah 1926" adalah bentuk perenialisme NU dalam matra zaman yang lebih luas. Bukannya upaya memutar gerak jarum jam sejarah ke masa Ialu. Tetapi, mundur untuk melompat ke depan lebih jauh. Lompatan-Iompatan dalam visi Gus Dur ketika menerjemahkan Khittah 1926, merupakan lompatan "spiritual NU" yang kemudian berakses kepada lompatan moral, politik, kebudayaan dan tradisi intelektual serta sosial-ekonomi. Lompatan-lompatan ini bisa dilihat dari dimensi paling sederhana, namun merupakan dimensi paling dalam. Yakni dimensi sufisme yang menjadi "akhlak" ulama salaf dan ulama-ulama generasi pendiri NU.

Hal yang tidak bisa dipungkiri, adalah kesatuan para ulama pendiri NU dan Gus Dur sendiri, dengan wacana-wacana Corpus Tassawuf yang ditulis oleh Taajuddin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Atba'illah as-Sakandari, yakni kitab Al-Hikam. Hampir seluruh pesantren salaf di Indonesia, mengkaji kitab tersebut, dan sekaligus menjadi pijakan moralitasnya.

Kitab Al-Hikam, merupakan magnum corpus kaum sufi, yang mengandung mister-misteri spiritual dan sekaligus bisa digunakan untuk memprediksi gelombang pasang surut spriritual keagamaan semacam. yang terjadi dalam tubuh NU, Gus Dur sendiri yang hafal di luar kepala setiap wacana (matan) kitab Al-Hikam ini, tentu memahami secara lebih massif dan universal bagi kepentingan historis NU. Dalam bahasa yang paling "tradisional" kembali ke Khittah 1926, berarti kembali ke dalam dimensi "Al-Hikam" tersebut. Karena itu sebelum memimpin NU, Gus Dur telah menyatu dengan "Al-Hikam", yang kelak ketika memimpin NU, Al-Hikam menjadi instrumen "penggugat" dalam intern NU. Sayangnya, ribuan pesantren di Indonesia dewasa ini, telah merasa asing dengan kitab ini. Sebab, kitab ini merupakan kitab instrospektif, kitab yang bisa menusuk diri sendiri, kitab yang "ditakuti" oleh para kiai. Akhirnya, dari 6.000 pesantren yang ada, hanya beberapa gelintir saja yang masih mengkaji kitab ini. Fakta ini pula yang membuat gerakan moral ulama yang dilakukan Gus Dur banyak terhambat.



Matan Al-Hikam, Khittah 1926 dan Pasca Gus Dur

Coba kita renungkan sukses besar para. pendiri NU ketika mendirikan NU tahun 1926. kesuksesan ini erat dengan matan pertama dari Al-Hikam:


"Di antara tanda bersiteguh terhadap amal, adalah berkurangnya harapan (kepada Allah) ketika terjadi tindakan dosa".

Para Ulama pendiri NU dan Gus Dur tidak pernah mengajak warganya untuk bersikap menggantungkan diri pada upaya dan amalnya, dengan asumsi bahwa amal itu bisa menyelamatkannya. Kerj a organisasi, perjuangan, aktivitas nadhiyin, harus terjauhkan dari sikap i'timad terhadap amal. Sebab, sikap i'timad seperti itu, hanya melahirkan ketamakan dalam organisasi dan ambisi historis. I'timad terhadap amal, ikhtiar, dan upaya-upaya manusiawi hanyalah bentuk "penghalang" antara hamba dengan Sang Khalik. Amal hanyalah makhluk, bukan Khalik. Membanggakan makhluk adalah bentuk immoral yang jauh dari harapan spiritual yang menghantar sukses besar.

Para mujahid di kalangan ulama NU yang turut menghantar kemerdekaan bangsa ini, sama sekali menepiskan ketergantungannya terhadap amal dan sejarah. Satu-satunya tempat i'timad hanyalah Allah. Karena itu Khittah 1926 dulu jauh dari rekayasa-rekayasa ambisi politik, kalau toh pun ada akan tersingkir oleh sejarah. Ibnu Atha'ilah mengaitkan kebergantungan terhadap amal tersebut dengan tindakan dosa.

Dalam konteks Khittah 1926, kembali ke Khittah 1926, tidak harus disertai "rasa bersalah" yang terus menerus,  sehingga mengurangi optimisme masa depan (raja') itu sendiri. Sebab siapa pun yang merasa "miris" dan pesimis terhadap rahmat Allah ketika ia berbuat dosa, berarti ia belum bergantung kepada Allah, masih bergantung kepada amalnya. Begitu juga, warga NU yang masih merasa bersalah atas "dosa sejarah" yang mengakibatkan dirinya ekslusif, tersingkir, pesimis, dan bahkan cenderung "membangkang" berarti masih i'timad terhadap upaya amal, bukan i'timad kepada Allah. Sikap demikian inilah yang ingin "diberantas" Gus Dur.

Fakta demikian sesuai dengan wacana Al-Hikam berikutnya:

"Keinginanmu untuk tajrid, sementara Allah masih memposisikan dirimu pada dimensi sebab akibat (duniawi) merupakan bagian dari nafsu tersembunyi. Dan keinginanmu kembali pada sebab akibat (duniawi), sementara Allah sudah memposisikan dirimu dalam dimensi tajrid, merupakan penurunan (degradasi) dari cita¬cita yang luhur. "

Tajrid merupakan bentuk eskapisme kepada Allah tanpa menghiraukan dimensi selain Allah. Dalam konteks ke-Gus Dur-an, adalah "tidak mau tahu" urusan organisasi, urusan kemasyarakatan, urusan kemiskinan dan kebudayaan, bahkan urusan demokratisasi. Sikap demikian merupakan bentuk eskapisme nafsu yang tersembunyi, bukan eskapisme kesucian Ilahi. Padahal mayoritas warga NU belum sampai ke tahap tajrid ini. Lebih ekstrim lagi banyak tokoh-tokoh NU menggunakan baju tajrid untuk kepentingan pribadinya, kepentingan nama dan perutnya, ya kepentingan nafsunya. Lebih jauh lagi untuk kepentingan. politik kelompok tertentu.

Sebaliknya, mereka yang sudah sampai pada maqam tajrid dalam konteks ke-NU-an- tiba-tiba masih berambisi terjun ke dunia kausalitas NU. Tentu , tindakan demikian merupakan degradasi moral bagi ketokohannya. Para tokoh yang seharusnya “pensiun” dari NU, untuk lebih mendekatkan diri dalam “wilayah muraqabah dan taqarruh Ilahi”, ternyata banyak yang "cawe-cawe" ke dunia empirik, yang membuat keruwetan di tubuh NU. Padahal Allah sudah memberikan "kursi empuk spiritual", malah memilih kursi empuk duniawi. Inilah agenda Gus Dur sampai saat ini. Bahwa transformasi dari tahap kausalitas menuju tahap tajrid dalam NU, adalah tahap perjuangan dari unsur kepentingan menuju unsur "kepentingan Ilahi", dari hal-hal yang bersifat empirik ke esoterik. Sukses besar NU manakala NU mampu melakukan transformasi menuju "tajrid" peradaban yang luhur.

Matan. Al-Hikam. selanjutnya adalah :

"Tercapainya cita-cita tidak bisa mengubah dinding takdir"

Gagalkah Gus Dur? Gagal dan tidak, harus ditinjau dari prespektif yang luas. Ditinjau dari segi Al-Hikam, keberhasilan Gus Dur dengan Khittah 1926, bukan karena Gus Dur atau para pendukungnya. Hakikat keberhasilan Gus Dur yang ada, sama sekali tidak takdir Ilahi terhadap NU.

Ikhtiar, upaya, semangat, jihad, adalah "tanda-tanda" sukses NU, bukannya faktor penentunya. Dalam dimensi tasawuf Al-Hikam, apabila NU ditakdirkan berhasil dan sukses, akan banyak Gus Dur lain yang memiliki visi dan ruh yang sama. Bukan sebaliknya.

Namun kenyataannya, justru sebaliknya. Banyak tokoh-tokoh NU yang merasa mampu mengubah takdir Allah, dan ketika berhasil menganggap sebagai upayanya sendiri tanpa campur tangan Ilahi. Kecuali kalau gagal, baru mengatakan, “Demikianlah takdir Allah…!”

Karena itulah, Al-Hikam menyarankan pada matan selanjutnya:

[I]"Abaikanlah dirimu untuk ikut campur (urusan Allah), sebab apa yang sudah diurus oleh. selain dirimu berkakaitan dengan dirimu, Anda jangan ikut campur di dalamnya untuk kepentinganmu." [/I]

Selanjutnya Gus Dur pun sering menghimbau kepada para kiai dan ulama, khususnya kalangan NU, agar tidak ikut mencampuri urusan yang bukan bidangnya. Misalnya urusan pencalonan presiden maupun gubernur, ataupun bupati. Urusan tersebut ada yang berwenang menangani. Ikut campur di luar bidangnya adalah bentuk salah kaprah yang fatal, dan menjadi kerumitan dinamika NU. Dan matan berikutnya berbunyi:

[I]"Ijtihad Anda pada hal-hal yang sudah dijamin untuk diri Anda, dan sikap teledor Anda terhadap kewajiban yang harus Anda penuhi, merupakan bukti atas kekaburan mata hati Anda."[/I]

Bayangkan, berapa ribuan tokoh-tokoh NU yang mata hatinya kabur, karena etika dan sikap moralnya yang teledor, hanya karena mementingkan tuntutannya dibandingkan mementingkan tugasnya?

Gus Dur tidak pernah putus asa. Walaupun ia di tuntut terus menerus, khususnya pada setiap even dan momen tertentu. Gus Dur hariya bisa kembali sebagaimana wacana Al-Hikam dari matan ke matan berikutnya.

Dan sungguh, matan-matan Al-Hikam, tertib dan strukturnya, mulai awal hingga akhir, yang memenuhi lembaran-lembaran kitab, merupakan kesimpulan dari perjalanan spriritual penempuh jalan sufi, sekaligus juga peristiwa-peristiwa dalam konteks NU yang bakal maujud dalam sejarah NU dan umat Islam, Karena itu membaca NU pasca Gus Dur akan sangat mudah dengan membaca Al-Hikam dengan penafsiran dinamika NU,' karena di sana penuh dengan solusi-solusi langsung dan aktual.

Dalam prediksi matan Al-Hikam, NU pasca Gus Dur adalah pertama-tama NU akan melewati perebutan-perebutan ambisi yang saling menyodorkan alternatif. Sedangkan alternatif yang disodorkan oleh Khittah 1926, sebagai visi Gus Dur, dianggap belum tuntas. Padahal Gus Dur, sebagaimana Al-Hikam, menyandarkan titik akhir sejarah NU hanya kepada “alternative yang terbaik menurut Allah”, alternatif konsepsionalisasi yang direkayasa atau dipaksakan menurut penilaian tarbaik manusia. Kapan dan bagaimana allternatif Ilahi NU teraktualisasi dalam sejarah. Menurut Gus Dur dan Al-Hikam, hanya Allah saja yang tahu kapan aktualisasi historis idealisme itu maujud secara proporsional.

Paling tidak, Gus Dur walaupun belum maksimal telah melampaui tiga matan Al-Hikam di atas, dalam konstelasi ke-NU-annya. Tugas pelanjut Gus Dur adalah menerjemahkan matan-matan berikutnya dan konteks spirit NU masa depan, melalui solusi yang ditawarkan oleh Al-Hikam. Dalam hal ini, sangat dibutuhkan suatu Syarah Al-Hikam yang konstektual dengan NU modern. Suatu tantangan bagi kaum spiritulis NU yang memiliki "kearifan" dalam sejarah.

Sebagaimana para pembaharu atau mujtahid dalam dunia Islam, pasca mujtahid adalah para komentator, interpretator, dan kreator yang lebih spesialis dan detil. Maka, pasca Gus Dur, adalah Gus Dur-Gus Dur "kecil" yang "cantik" dan "indah" yang mampu mengepakkan sayap-sayapnya menjadi tarian yang rampak. Tarian "Gusduriyah".

*****

SEGALA, SEGALA




Ani, ya Aniku Ani,

Mengapa kamas engkau tinggalkan?

Lengang sepi rasanya rumah,

Lapang meruang tiada tentu.

Buka lemari pakaian berkata,

Di tempat tidur engkau berbaring,

Di atas kursi engkau duduk,

Pergi ke dapur engkau sibuk.


Segala kulihat segala membayang,

Segala kupegang segala mengenang

Sekalian barang rasa mengingat,

Sebanyak itu cita melenyap.

Pilu sedih menyayat di kalbu,

Pelbagai rasa datang merusak.

20 April 1935

Sutan Takdir Alisjahbana

Sabtu, 04 April 2015

AWAN BERKUAK




Duduk beta merenung awan,

Bercerai menipis di langit biru.

Sayu sendu alun di kalbu,

Menurut mega berkuak menjauh.

Wahai Chalik, mengapa kejam

Seganas ini hidup di dunia?

Mengapa gerang dicerai pisah

Segala yang asik bercinta?

Menangislah jiwa tersedu-sedu

Mengalirlah air mata berduyun-duyun.

Dalam jiwa sedang meratap,

Dalam sukma pilu mengeluh,

Menyerbu sinar ke dalam kabut,

Menjelma kembali awan menjauh.

Beta melihat kilau bergurau,

Beta menyambut suria bersinar.

Segar gembira sukma menggetar

Menunda melanda pergi berjuang

14 Mei 1935
Sutan Takdir Alisjahbana

BERTEMU






Aku berdiri di tepi makam

Suria pagi menyinari tanah,

Merah muda terpandang di mega

Jiwaku mesra tunduk ke bawah

Dalam hasrat bertemu muka,

Melimpah mengalir kandungan rasa.

Dalam kami berhadap-hadapan

Menembus tanah yang tebal,

Kuangkat muka melihat sekitar:

Kuburan berjajar beratus-ratus,

Tanah memerah, rumput merimbun,

Pualam berjanji, kayu berlumut.

Sebagai kilat ‘nyinari di kalbu:

Sebanyak itu curahan duka,

Sesering itu pilu menyayat,

Air mata cucur ke bumi.

Wahai adik, berbaju putih

Dalam tanah bukan sendiri!

Dan meniaraplah jiwaku papa

Di kaki Chalik yang esa:

Di depanMu dukaku duka dunia,

Sedih kalbuku sedih semesta.

Beta hanya duli di udara

Hanyut mengikut dalam pawana.

Sejuk embun turun ke jiwa

Dan di mata menerang Sinar.

26 April 1935

AIR MATA




Ngalir, ‘ngalirlah air mata,

Aku tiada akan ‘nahanmu.

Apa gunanya aku halangi,

Engkau ‘ngalirkan penuh kalbuku.

Seperti air jernih memancar

Dari celah gunung rimbun,

Seperti hujan sejuk gugur

Dari mega berat mengandung

Ngalirlah, wahai air mata

Engkau pun mendapat hakmu

Dari Chalik yang satu.

Ngalir, ‘ngalirlah air mata,

Aku hendak merasa nikmat

Panasmu ‘ngalir pada pipiku.

20 April 1935

Kerabat Kita




Bunda,

masih kudengar petuamu bergetar

waktu ku tertegun di ambang pintu,

melepaskan diriku dari pelukmu:

“Hati-hati di rantau orang, anakku sayang,

Berkata di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir.

Dimana bumi dipijak disana langit dijunjung.”

Telah lama aku mengembara:

Jauh rantau kujelajah,

banyak selat dan sungai kuseberangi,

gunung dan gurun kuedari.

Baragam warna, bahasa dan budaya manusia,

teman aku bersantap, bercengkerma dan bercumbu,

lawan aku bertengkar dan berselisih.

Di runtuhan Harapa dan Pompeyi aku ziarah,

Dari menara Eifel dan Empire State Building

aku tafkur memandang semut manusia.

Di pembajaan Ruhr dan Nagasaki

aku bangga melihat kesanggupan ummat

berpikir, mengatur dan berbuat.

Kuhanyutkan diriku dalam lautan manusia

di Time Square di New York dan di Piccadily di

London.

Kuresapkan lagu kesepian pengendara unta

di gurun pasir dan batu Anatolia,

saga Islandia yang megah di padang salju yang putih.

Bunda,

Pulang dari rantau yang jauh

berita girang kubawa kepadamu,

resap renungan petua keramat,

sendu engkau bisikkan di ambang pintu:

Dimana-mana aku menjejakkan kaki,

aku berjejak di bumi yang satu.

Dan langit yang kujunjung

dimana-mana langit kita yang esa

Bunda,

Alangkah luasnya dan dahsyatnya kerabat kita,

kaya budi kaya hati,

pusparagam ciptaan dan dambaan.

Honolulu, HARI IBU, 1962

Dari: Majalah Horison, Oktober 1971

Kamis, 02 April 2015

Asus Zenfone 5, Plus dan Minusnya

Salam Blogger!



Kali ini ane pengin bahas tentang Gadget yang menggegerkan dunia. Asus Zenfone 5.
Ponsel dengan spesifikasi handal, namun berharga murah. 
Kelebihan Asus ZF5 di antaranya adalah :
1. Layar lebar 5 inch yang di lindungi antigores Gorilla Glass 3, IPS beresolusi HD. 
2. Processor Intel Atom Hiper Threading. 
3. Kamera 8 MP dengan teknologi Pixelmaster, yang membawa teknologi lowlight mode. Beserta seabreg fitur fotografi yahud, semisal Time Rewind, Panorama, HDR, Deteksi Wajah dan stabiliser foto. dsb. 
4. Zen UI yang di perbarui, dengan mengadopsi sistem launcher kebanyakan, support ganti icon menu, Transparensi background, dan aplikasi system yang selalu mendapat pembaruan dari Asus hampir setiap minggu sekali. 
5. Dua Sim yang dua-duanya support HSDPA, dual on, dll. 
6. Memori Internal besar 16 GB dan Ram 2GB (yang ane punya) Menjadikan multitasking sangat mulus, dan download aplikasi tidak khawatir memori penuh. 
7. Sudah support system recovery yang tidak kalah dengan TWRP, buat yang suka ngoprek.. Hehe.
8. Digital Compass dengan sensor magnetik yang lumayan membantu buat nyari arah kiblat. Hehe
Dan lain-lain masih banyak kelebihan dari ponsel yang satu ini. 

Hanya saja kekurangannya adalah ponsel ini sering overheating, alias panas berlebih. Lebih-lebih kalau di daerah kita sinyalnya kurang stabil, yang sudah pasti sejalan dengan sinyal interneinternet lambat. Ponsel jadi panas. Akhirnya berdampak pada baterai yang boros. 
Kalau sobat punya ponsel ini, ane sarankan sobat sediakan Powerbank yang besar untuk berjaga-jaga. 

Screenshot dari ponsel ane saat overheating, ane memakai aplikasi EaseUS Coolphone


Kelebihan yang tidak terlihat lagi adalah di belakang bagian atas baterai agan bisa lihat ada antena tambahan yang menjangkau sinyal lebih baik dari ponsel lainnya. Rekomendasi buat agan yang bertempat tinggal di pedesaan atau pegunungan. 
Dual sim yang sama-sama support HSPA juga jarang ane temui di ponsel sekelas. 

Ponsel ini juga mendukung fitur USB on the go (OTG). Mungkin dari kebanyakan orang fitur ini belum begitu di anggap penting. Atau bahkan belum pernah mendengar malah.. Hehe.
Usb OTG adalah fitur dimana kita bisa menyambungkan flashdisk langsung ke ponsel kita. Dan bisa terbaca sekaligus di buka filenya dari ponsel. Semisal di FD banyak koleksi video atau movie Bluray yang file nya besar, tetap bisa kita tonton tanpa perlu menghabiskan memori ponsel. Tentunya USB tsb pun berbeda bentuk dengan Flasdisk umunya.
Bisa di beli di toko-toko elektronik atau gadget.

Harga 2 jutaan dengan spek segitu bisa di katakan harga yang murah banget karena Asus merupakan vendor besar, menyediakan layanan Servise Centre yang tersebar di Indonesia, dan sekaligus CS online untuk menanyakan keluhan atau hal lainnya. 
Jika mencari ponsel seharga dua jutaan yang bermerek terkenal lainnya, ane pastiin agan hanya akan dapetin spek standar banget. 

Di bawah ini ane kasih SC Spesifikasi dari Aplikasi CPU-Z





Mudah-mudahan bermanfaat. 
Monggo.. 

Dibawa Gelombang


alun membawa bidukku perlahan

dalam kesunyian waktu

tidak berpawang, tidak berkawan,

entah kemana aku tak tahu.

jauh di atas bintang kemilau

seperti sudah berabad – abad,

dengan damai mereka meninjau,

kehidupan bumi, yang kecil amat.

aku bernyanyi dengan suara,

seperti bisikan angin di daun,

suaraku hilang dalam udara,

dalam laut yang beralun – alun.

alun membawa bidukku perlahan,

dalam kesunyian malam waktu,

tidak berpawang, tidak berkawan,

entah kemana aku tak tahu.

( Madah Kelana, 1931 )

oleh :  Sanusi Pane

AKU




kalau sampai waktuku

ku mau tak seorang kan merayu

tidak juga kau

tak perlu sedu sedan itu

aku ini binatang jalang

dari kumpulannya terbuang

biar peluru menembus kulitku

aku tetap merajang menerjang

luka dan bisa kubawa berlari

berlari

hingga hilang pedih perih

dan aku akan lebih tidak peduli

aku mau hidup seribu tahun lagi

( Kerikil Tajam, 1946 )

JANGAN TANGGUNG JANGAN KEPALANG




jangan tanggung jangan kepalang

bercipta mencipta

bekerja memuja

berangan mengawan,

berperang berjuang.

mengapa bimbang berhati walang

berhenti tertegun langkah tertahan

takut percuma segala kerja

sangsi berharga apa dipuja?

wahai teman

merata buih ditepi pasir

tetapi gelombang mengulang

gairah menggulung menuju teluk

selara tua gugur ke tanah

pucuk muda tertawa mengorak sela,

keranda muram diusung ke makam,

jejaka muda bersumpah baka,

cinta gairah hati remaja.

lenyapkan sangsi,lenyapkan ngeri,

indah gelombang mengejar pantai,

indah pucuk menjelma rupa,

indah jejaka memuja cinta,

benar, indah segala hidup,

menyerah tenaga menurut hasrat,

tiada tanggung tiada kepalang.

( Tonggak, 1987 )

Rabu, 01 April 2015

Lirik dan Makna Telaga dan Bencana - Bang Iwan Fals

Lagu ini, musik dan liriknya, betul-betul membuat hati merunduk malu akan segala salah kepada kekasih..
Jujur, saya tidak terlalu memperdulikan kesalahan orang bagaimana kepada saya. Tapi saya hanya fokus berfikir, bagaimana saya begitu buruk memperlakukan orang yang saya kasihi.

Memang, ini adalah tentang sebuah ungkapan, majas, atau deskripsi hati yang terkadang melebihi apa yang sebenarnya terjadi. Namun saat saya berfikir seperti itu, saya akan mampu mamaafkan dan juga memaklumi setiap kesalahan...

Cmiiw hahaha


Telaga Dan Bencana
Iwan Fals & Sawung Jabo (Album Anak Wayang 1994)

Aku sering menyesali
Sebab tak mampu memahami
Sulit membaca isyaratmu
Kata katamu penuh arti

Lidahku bagai api
Menghapuskan harapanmu
Ada air jernih mengalir
Dari dua matamu

Mengalirlah air hidup
Bawa aku ke samudera
Dihatimu ada telaga
Didiriku mengalir bencana

Pertengkaran demi pertengkaran
Ketegangan demi ketegangan
Penyesalan demi penyesalan
Menyimpan prahara

Mana mungkin aku bisa
Memberimu ketenangan
Aku masih mencari
Lembah ketenangan jiwa

Mengalirlah air hidup
Bawa aku ke samudera
Dihatimu ada telaga
Didiriku mengalir bencana

Pertengkaran demi pertengkaran
Ketegangan demi ketegangan
Penyesalan demi penyesalan
Menyimpan prahara

Syair yang merendahkan diri, menganggap diri tidak sempurna, tidak membanggakan cintanya. Padahal orang-orang bijaksana itu adalah sumber kedamaian bagi siapa yang menjadi kawan dan kekasihnya. Namun mereka malah merasa tidak sempurna. Luar biasa.

Anak Wayang



Siapa sebenarnya Anak Wayang dalam lagu ini. Kalau saya mengartikan anak wayang adalah kita sendiri dengan Tuhan sebagai dalangnya. Iya, kita memang hidup didunia hanyalah sebagai wayang yang harus melakoni hidup sesuai yang sudah dituntunkan dan diajarkan. Kalau kita menjalani hidup menyimpang dari ajaran Tuhan, maka kita akan menjadi wayang yang nakal dan akan diberi hukuman. Dunia ini hanyalah sementara, maka berbuatlah sesuai yang diperintahkan agar nanti kelak bisa mendapat kebaikan di kehidupan akhirat yang kekal abadi selama lamanya.

Namun ini adalah kalimat yang mengambil sudut pandang hakikat. Sedang kita sebagai orang yang tau tata krama, selayaknya memakai juga hukum dan pandangan syariat..  Yaitu ajaran agama.. .
Karena Tuhan telah memberi aturan jelas disitu..

Dan Tuhan mustahil mengingkari janji-Nya.


Anak Wayang
Iwan Fals & Sawung Jabo (Album Anak Wayang 1994)

Mengembara memahami makna cinta
Mengurai kata di lautan jiwa
DihadapanMu aku tak bisa berdusta
MencintaiMu adalah mencintai hidup

Anak wayang di ambang gamang
Berlayar di samudera telanjang
Membawa api menjelajahi cakrawala
Dimana air mata bukan lagi duka

MerindukanMu disaat hilang arah
MemelukMu lalu meninggalkanmu
Aku sudah basah aku pasrah
MencintaiMu adalah mencintai hidup

Aku bukan sedang berduka
Aku sedang menghadapi cinta
Aku sedang menghadapi prahara
Dimana air mata bukan lagi duka

Jika Langit Menjadi Mendung, Salahkah Hujan?




Pagi ini langit sangatlah mendung
Sebagian orang menjadi murung
Sebagian lainnya berselimut sarung
Tapi sebagian juga berharap untung

Tak ada yang salah dengan langit
dengan hujan yang turun tak sedikit
kemudian membuat tanaman bangkit
dan membantu manusia melancarkan parit

Orang-orang kembali murung dan lesu
karena melihat langit tak biru
padahal langit tak bermaksud begitu
prasangkalah yang merusaknya selalu

Tuhanku lah Yang Maha Pemberi rezeki
Karena hujan adalah hak untuk Bumi
yang membersihkan setiap jasmani
Namun banyak manusia tak mensyukuri

Bayangkanlah jika hujan tak turun
kemudian lamanya hingga setahun
semesta Alam akan memohon ampun
atas dosa manusia yang terhimpun

W.S. Darmadi
27 Juli 2010

https://un2kmu.wordpress.com/2009/12/06/antara-langit-biru-cemerlang-di-pagi-hari-dan-mendungnya-hati/

SANG PENEBAR REJEKI





Gelepar seekor pipit menggoyangkan ranting
bunga Kacapiring yang kini menjadi patung

Setelah angin reda dan hujan pun pergi
Hanya genting sesekali menjatuhkan air

Seekor bebek mematuk tanah
yang seperti karpet air
empat ekor ayam pun berputar mematuk-matuk

Oooi
betapa hujan memang membawa rejeki
bukan saja bebek dan ayam
atau pun si burung pipit

Pepohon dan tanaman yang seperti mati
kini segar kembali
bertumbuh ranum

Demikian bukankah
hujan membawa berkah
menebar rejeki bagi
sesama ciptaan Ilahi

kaki bukit , Ahad 8 April 2012
Ba’da Zuhur

POSTED BY KASYAF | APRIL 14, 2012, 3:26 AM