Senin, 21 September 2015

Kisah Orang-Orang Gagah

Inilah orang-orang yang gagah, mulia, berhati berlian.
Simak kisah mereka.
Mudah-mudahan Allah memberi kita hidayah, mencerahkan hati qt, mengikis habis kotoran hati kita.
Simaklah dan berharaplah kepada Allah agar di berikah hati seperti mereka.

Tiba-tiba seorang kakek muncul ketika Rasulullah sedang berkumpul bersama para sahabatnya di dalam masjid selepas mengerjakan shalat jamaah.
"Wahai, Rasulullah. Saya sangat lapar. Tolonglah saya. Dan saya tidak punya pakaian kecuali yang menempel di badan sekarang. Berilah saya."
Sebenarnya Rasulullah sangat iba menyaksikan keadaan orang tua itu. Wajahnya pucat, bibirnya membiru dan tangannya agak gemetar memegangi tongkatnya. Cuma kebetulan beliau sedang tidak punya apa-apa. Sudah habis diberikannya kepada orang lain.
"Maaf, orang tua. Tidak ada yang dapat saya berikan saat ini. Tetapi jangan putus asa. Datanglah kepada anak saya, Fatimah, mungkin ada sesuatu yang bisa diberikannya sebagai sedekah.
Maka pergilah kakek itu kepada Fatimah. Di depan rumahnya kakek itu berseru, "Wahai putri Rasulullah. Aku lapar sekali. Dan tidak punya apa-apa. Aku datang kepada ayahmu, tetapi beliau sedang tidak punya apa-apa. Aku disuruhnya datang kepadamu. Mungkin engkau, punya sedekah untukku?"
Fatimah kebingungan. Ia tidak memiliki barang yang cukup berharga untuk disedekahkan. Padahal, selaku keluarga Rasulullah ia telah terbiasa menjalani hidup amat sederhana, jauh di bawah taraf kehidupan rakyat jelata. Yang dianggapnya masih lumayan berharga cuma selembar kulit kambing yang biasa dipakai sebagai alas tidur Hasan dan Husain. Jadi, itulah yang diambil dan diserahkannya kepada si kakek.
Orang tua itu lebih kebingungan daripada yang memberikannya. Ia sedang lapar dan tidak punya apa-apa. Mengapa kepadanya diserahkan selembar kulit kambing? Buat apa?
"Wahai Putri Rasulullah. Apakah kulit kambing itu dapat mengenyangkan perutku dan dapat kupakai untuk menghangatkan badanku?" tanya orang tua itu.
Fatimah tidak bisa menjawab. Ia kembali masuk ke dalam rumahnya, mencari-cari benda lain yang pantas disedekahkan. ia bertanya-tanya, mengapa ayahku mengirimkan orang ini kepadaku, padahal Ayah tahu aku tidak lebih kaya daripada beliau?

Sesudah termenung sejenak barulah ia teringat akan seuntai barang pemberian Fatimah binti Abdul Muthalib, bibinya. Barang itu amat indah, namun ia merasa kurang pantas memakainya karena ia dikenal sebagai pimpinan umat. Barang itu adalah sebuah kalung emas.
Buru-buru diambilnya benda itu dari dalam kotak simpanannya, lalu diserahkan kepada si kakek. Orang itu terbelalak melihat benda yang kini digenggamnya. Begitu indah. Pasti amat mahal harganya. Dengan suka cita orang itu pergi menemui Rasulullah kembali di masjid. Diperlihatkannya kepada beliau kalung emas pemberian Fatimah. Rasulullah hanya berdoa, "Semoga Allah membalas keikhlasannya."
Salah satu sahabat nabi yang kaya raya, Abdurrahman bi Auf, berkata, "Hai, orang tua. Maukah kaujual kalung itu kepadaku?"
Kakek itu menoleh kepada Nabi, "Bolehkah saya jual, Ya Rasul?"
"Silakan, kalung itu milikmu," sahut Nabi.
Orang tua itu lantas berkata kepada sahabat Abdurrahman bin Auf, "Berikan kepadaku beberapa potong roti dan daging untuk mengganjal perutku, dan sekedar biaya kepulanganku ke kampung."
Abdurrahman bi Auf mengeluarkan duapuluh dinar dan seratus dirham, beberapa potong roti dan daging, pakaian serta seekor unta untuk tunggangannya ke kampung.
Dengan gembira kakek itu berkata, "Terima kasih, wahai kekasih Allah. Saya telah mendapatkan lebih daripada yang saya perlukan. Bahkan saya telah merasa menjadi orang kaya.
Nabi menjawab, "Terima kasih kepada Allah dan Rasul-Nya harus diawali dengan berterimakasih kepada orang yang bersangkutan. Balaslah kebaikan Fatimah."
Orang tua itu kemudian mengangkat kedua tangannya ke atas, "Ya Allah, aku tak mampu membalas kebaikan Fatimah dengan yang sepadan. Karena itu aku mohon kepada -Mu, berilah Fatimah balasan dari hadirat -Mu, berupa sesuatu yang tidak terlintas di mata, tidak terbayang di telinga dan tidak terbetik di hati, yakni surga -Mu, Jannatun Na'im."
Rasulullah menyambut doa itu dengan amin seraya tersenyum ceria.

Beberapa hari kemudian, budak Abdurrahman bin Auf, bernama Saham datang menghadap Nabi sambil membawa kalung yang dibeli dari orang tua itu.
"Ya Rasulullah," ujar Saham. "Saya datang kemari diperintahkan Tuan Abdurrahman bin Auf untuk menyerahkan kalung ini untukmu, dan diri saya sebagai budak diserahkannya kepadamu."
Rasulullah tertawa. "Ku terima pemberian itu. Nah, sekarang lanjutkanlah perjalananmu ke rumah Fatimah, anakku. Kalung ini tolong serahkan kepadanya. Juga engkau kuberikan untuk Fatimah."
Saham lalu mendatangi Fatimah di rumahnya, dan menceritakan pesan Rasulullah untuknya. Fatimah dengan lega menyimpan kalung itu di tempat semula, lantas berkata kepada Saham, "Engkau sekarang telah menjadi hakku karena itu, engkau kubebaskan. Sejak hari ini engkau kembali menjadi orang merdeka." Saham tertawa nyaring sampai Fatimah keheranan, "Mengapa engkau tertawa?"
Bekas budak itu menjawab, "Saya gembira menyaksikan riwayat sedekah dari satu tangan ke tangan berikutnya. Kalung ini tetap kembali kepadamu, wahai putri junjungan, namun karena dilandasi keikhlasan, kalung ini telah membuat kaya orang miskin, telah menjamin surga untukmu, dan kini telah membebaskan aku menjadi manusia merdeka."

سبحان الله
 الله اكبر

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيّدنا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آله و صحبه و سلم


Nabi, Fatimah, sangat miskin hidupnya. Tapi gak khawatir hatinya. Kalau tdk punya uang buat masak, mereka puasa.  Tidak protes kepada Allah.

Tidak khawatir jika harta yg mereka miliki di berikan kpd orang yang miskin. Meski itu dlm masyarakat tidak pantas di beri karena terlalu mewahnya. Ya, umumnya orang memberi fakir miskin cuma 500 rupiah. Yang buat beli rokok aja ga bisa. Udah gitu, mikirnya macam2 pula. Mikirnya buruk pula. Ngasih gope aja hati ribut suudzon macam2.

Buang kotoran itu dr hati kami ya Rabb.
Amin.

Orang miskin tadi, pun tdk berhati tamak. Mentang2 dpt kebaikan, dpt kalung, trs kabur.
Nggak. Beliau pun punya hati suci. Sesuci para sahabat Nabi yg lain.
Dpt kalung, emas. Mahal, malah di kasih tau sama orang2. Dan Nabi, gak merasa kecewa krn anaknya memberi kalung mahal utk pengemis.
Ah, luar biasa hati beliau itu. Masya Allah.

Sahabat, Abdurrahman bin Auf
Beliaupun tau, jika kalung itu mahal dan fatimah menyukainya.
Dia beli kalungnya, kemudian memberi kan kalungnya lagi sbg hadiah. Agar fatimah bergembira.
Gak tanggung2. Budaknya pun di berikan sekalian. Harga nya jelas jauh lebih mahal dr kalungnya.

Subhanallah.......
Maha suci Allah...

Dan sayyidah Fatimah, di beri budak, pun tdk bergeming kedermawanannya. Tdk ada keinginan apapun dari hatinya kpd dunianya.
Beliau membebaskan budak yg di gratiskan untuk nya.

Gak menjual lagi ben dpt duit tambahan. Malah bebasin aja.

Kata anak skrg, ah, gila bener! Gila! Luar biasa! Amazing! Apa ada org yg kaya gini jaman skrg....?

Hati mereka benar2, ah... Tdk ada duanya. Kata "mulia" pun rasanya kurang pas utk hati seperti itu saking teramat luar biasanya...

Ya Allah.. Berderai airmata ini membayangkan seperti apakah mereka itu. Zaman apa itu, indah begitu.
Ya Allah. Ya Allah... Ya Allah...

Rabu, 16 September 2015

Akhlak Sahabat Nabi Muhammad SAW


Tingkatan ilmu para sahabat Nabi Muhammad Sallallahu'alaihi wasallam berbeda-beda. Di antara mereka ada yang menjadi syaikh-guru bagi sahabat lainnya.


قال النبي محمد صلى الله عليه وسلم كن عالما او متعلما او مستمعا او محبا ولا تكن خامسا فتهلك

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم العلم بلا عمل كالشجر بلا ثمر
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من علم و عمل و علم اورثه الله علم ما لم يعلم وهو العلم اللدني
عن زيد ابن الثابت رضي الله عنه قال ان النبي صلى الله عليه وسلم كُنَّ اذا جلسنا اليه ان اخذنا بحديث في الذكر الاخرة اخذ معنا و ان اخذنا في الدنيا اخذ معنا و ان اخذنا في الذكر الطعام و الشراب اخذ معنا فقول هذا و حديثكم عن رسول الله صلى الله عليه وآله و صحبه وسلم
Salah seorang sahabat terkemuka dari para sahabat Nabi Saw. Beliau adalah salah satu sahabat yang di beri keutamaan dalam ilmu. Beliau menjadi salah satu syaikh dari sahabat Abdullah bin Abbas RA.

Sahabat nabi berbeda dalam tingkatan keilmuwannya walau hidup satu zaman dengan Nabi Muhammad saw.

Di antara mereka adalah Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Amr. Dll.

Adapun yang lain, seperti Sayyidina Abi Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman, Sayyidina Abdurrahman bin Auf dsb, mereka adalah (terutama Sayyidina Abu Bakar) orang-orang yang mengenal dekat Rasulullah saw bahkan sejak sebelum Rasulullah menjadi Nabi. Akan tetapi karena kesibukan beliau dalam hal kepemerintahan setelah wafat Nabi Muhammad, waktu yang mereka miliki lebih banyak di gunakan untuk mengurus kepentingan kaum muslimin, sehingga kekurangan waktu untuk mengajar ilmu. Jadi bukan mereka tidak alim.

Sayyidina Abi Hurairah terkenal sebagai orang yang paling banyak meriwayatkan hadits Rasulullah saw, padahal beliau masuk Islam empat tahun sebelum Nabi Saw wafat. Tapi di karenakan beliau rajin bertanya, mengaji kepada para sahabat, maka beliau banyak mendapatkan riwayat-riwayat bahkan hadits-hadits yang saat itu beliau belum masuk Islam. Bukan berarti Abu Bakar dan Umar tidak hafal hadits Nabi, bahkan Sayyidina Umar adalah Sayyidul Muhaddatsin, pimpinan orang-orang yang di beri ilham oleh Allah. Di kisahkan 3x Sayyidina Umar mendapat ilham dari Allah, tau lebih dahulu sebelum wahyu turun kepada Nabi Muhammad Sallallahu'alaihi wasallam. Sayyidina Abu Bakar adalah sahabat terdekat dan mertua Nabi Muhammad.
Tidak ada yang meragukan keimanan beliau.
Khususnya 4 khalifah ini lebih sibuk mengurus kaum muslimin setelah kewafatan Rasulullah saw.

Suatu hari Abdullah bin Abbas datang ke rumah Zaid bin Tsabit. Sampai di rumahnya, mau mengetuk pintu, beliau merasa tidak enak, khawatir waktunya tidak tepat, mengganggu kesibukan gurunya itu, akhirnya beliau memutuskan untuk duduk di depan rumah, menunggu gurunya keluar sendiri.

Lama sekali beliau menunggu, dan gurunya pun tidak tahu jika di luar ada tamu yang datang. Sampai angin gurun yang berhembus membawa banyak debu, menutupi wajah beliau Abdullah bin Abbas RA. Namun beliau tetap diam menunggu.

Tidak pergi dan mengeluhkan waktu terbuang. Atau berpikir masih banyak orang alim yang lainnya. Beliau tidak punya pikiran seperti itu.

العلم يؤتى، العلم في الصدور الرجال. لا في الكتاب بل في قلب عالم.
Sampai akhirnya Zaid keluar dan mendapati Abdullah tengah menunggu, lalu beliau berkata, "Wahai anak dari paman Rasulullah, mengapa engkau tidak menyuruh orang untuk datang kepadaku, dan aku akan mendatangi rumahmu jika engkau ada perlu denganku?

Begitu sopan dan tawadhunya beliau Zaid RA, kepada orang yang memiliki kekerabatan dengan Nabi Shallallahu'alaihi wasallam, ahli bait Rasulullah saw.

Di jawab oleh Abdullah bin Abbas, "Wahai Syaikh, sesungguhnya ilmu itu di datangi, ilmu itu di cari, ilmu itu ada di dalam hati orang alim, bukan di kitab bukan pula di buku.


Subhanallah.
Begitu mulia akhlak mereka.

Petikan ceramah Al Ustadz Habib Ali Zainal Abidin Al Hamid - Malaysia.